Menghindarkan Anak Dari Penyimpangan Orientasi Seksual

Menghindarkan anak agar laki-laki tidak suka dengan laki laki, dan perempuan tidak suka dengan perempuan. Fitrahnya manusia diciptakan berpasangan yakni laki-laki suka dengan perempuan.

وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا

“Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan.”
(QS. An-Naba’: 8)

Masalah penyimpangan seksual ini sudah terjadi sejak zaman dahulu, dalam mengatasi penyimpangan ini Allah mengutus seorang nabi kepada kaum tersebut. Dialah Nabi Luth, beliau alihissalam mendakwahi kaumnya pagi, siang dan malam, tapi kaumnya tidak mau berubah atas perilaku penyimpangan orientasi seksualnya, maka Allah mengirimkan azab kepada kaum tersebut dengan dibalikkan bumi untuk kemudian dilemparkan batu dari langit.

Orientasi itu adalah kecenderungan, dizaman ini peyimpangan orientasi bahkan dikampayekan ke negara yang mayoritas islam, dengan tujuan agar umat islam jumlahnya tidak bertambah.

Target mereka adalah putra dan putri kita, karena anak-anak itu lugu alias polos yang gampang dipengaruhi. Telah beredar berita anak anak sekolah menengah pertama yang terinveksi HIV dan penyimpangan orientasi seksual. Disini peran orangtua sangatlah besar agar anak tidak terkena penyimpangan seksual.

Tiga langkah yang bisa orangtua lakukan untuk mencegah anak dari penyimpangan seksual:

Biasakan anak berpenampilan sesuai dengan jenis kelamin.

Berpenampilan sesuai dengan jenis kelamin ini seperti berpakaian, gaya rambutnya, perhiasanya, cara berbicara, cara berjalan, dan lainnya. 

Dalam mu’jamul kabir sebuah kisah dari ibnu mas’ud yang melihat anak laki-lakinya yang masih kecil memakai pakaian dari sutra, lalu ditegur dan diminta untuk menggantinya.

عَنْ أَبِي مُوسَى، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:
“إِنَّ لُبْسَ الْحَرِيرِ، وَالذَّهَبِ، حَرَامٌ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي، حِلٌّ لإِنَاثِهِمْ.”

“Sesungguhnya memakai sutra dan emas adalah haram bagi laki-laki umatku, dan halal bagi perempuan mereka.”
(HR. At-Tirmidzi no. 1720 – Sahih)

Menanamkan rasa syukur terhadap jenis kelamin.

Ajarkan kepada anak kita untuk bersyukur, anak yang terlahir sebagai anak laki-laki untuk bersyukur begitu juga sebaliknya. Karena ada anak yang tidak bersyukur atas takdir mereka dilahirkan sebagai anak laki-laki atau perempuan, bahkan ada orangtua yang tidak bersyukur dianugrahkan anak laki-laki karena inginnya memiliki anak perempuan, begitu sebaliknya.

Ketidak syukuran orangtua ini bisa menular kepada anaknya, apalagi diceritakan kepada anaknya. misal, “nak, sebenarnya ibu ingin memiliki anak perempuan, eh malah lahirnya kamu (anak laki-laki)”. Anak yang mendengar ini merasa tidak percaya diri, merasa ingin membanggakan orangtua akhirnya merubah orientasinya.

Menanamkan Sikap sesuai orientasinya.

Kita harus waspada ketika sikap anak tidak sesuai dengan orientasinya. Misal anak laki-laki yang lemah gemulai atau anak perempuan yang gagah perkasa dan lemah gemulai. Selagi anak masih kecil bisa kita kendalikan sebelum anak menjadi dewasa. Seorang anak lelaki harus memiliki nilai kelelakian dan wanita harus punya nilai kewanitaan.
Nilai kelelakian:
1. Sifat berani.
2. Sikap tegas.
3. Sikap melindungi.
4. Kepemimpinan.

Nilai kewanitaan:
1. Sifat malu.
2. Sifat lemah lembut.
3. Keterampilan rumah tangga.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ:
لَعَنَ النَّبِيُّ ﷺ الْمُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنَ النِّسَاءِ،

Nabi ﷺ melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.

Mengawasi anak dalam pergaulan dan media sosial.

Anak-anak bisa rusak karena pergaulan yang salah. Dan anak-anak bisa rusak karena media sosial. Kita sebagai orangtua yang hidup di zaman ini, hendaknya tau media sosial apa yang digunakan oleh anak kita, jangan kita biarkan anak kita menggunakan media sosial tanpa diawasi.

Awasi juga tontonan anak, karena penyimpangan seksual ditampilkan pada tokoh-tokoh kartun yang di tonton oleh anak-anak kita.

Tonton Full Video!