Ayah bunda, sebagai orang tua, tentu kita sedih ketika ada laporan dari tetangga tentang anak kita yang nakal. Anak tetangga nangis karena dibully oleh anak kita. Bertambah perasaan kecewa ketika terbukti anak kita yang salah. Ada malu dan perasaan tidak enak, campur aduk jadi satu. Belum lagi beban tarbiah anak yang dirasa semakin berat.
Saling membully adalah perkara yang sering terjadi pada anak anak. Cara berfikir yang belum dewasa, keinginan menunjukkan identitas dan eksistensi di tengah lingkungannya mendorong untuk bersikap melampaui batas. Agar diperhatikan dan diakui keberadaannya, tampak hebat melebihi selainnya.
Pembullyan jelas haram dalam agama kita. Bahkan dalam kadar yang minimal sekalipun. Rasulullah bersabda:
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوْعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.”
[H.R. At Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’].
Kisah hadits di atas adalah tentang para shahabat yang sedang dalam perjalanan safar. Lalu ketika istirahat, salah seorang dari rombongan tertidur. Maka seorang shahabat iseng menyembunyikan talinya. Saat terbangun ia kaget, talinya telah raib. Maka Rasulullah lalu menyampaikan hadits ini.
Ya, hanya sekadar iseng menyembunyikan barang yang kurang berharga yaitu tali. Apalagi yang lebih dari pada itu. Bullying juga termasuk kezaliman. Padahal Rasulullah mengancam pelakunya, satu kezaliman itu kegelapan yang berlapis pada hari kiamat.
Berangkat dari semua ini, orang tua wajib memberikan perhatian yang serius. Apalagi kenakalan dan bullying ini bisa keterusan hingga dewasa, bila tidak segera dipupus. Selain memohon pertolongan kepada Allah, berikut ini beberapa kiat yang menjadi alternatif penanganan pada anak yang suka iseng membully.
1. Menjelaskan hukum bullying
Tentu penjelasan yang bisa dicerna dan diterima oleh anak. Orang tua perlu memerhatikan bahasa penyampaian, bahkan waktu dan caranya. Masing-masing anak tentu berbeda-beda. Di sinilah peran penting orang tua, bagaimana bisa memahamkan kepada anak tentang haramnya bullying (perundungan). Di antara cara yang bisa dilakukan adalah menyebutkan kisah nyata yang bisa diambil pelajaran darinya. Kiranya kisah yang disebutkan dalam Al Quran atau hadits Nabi, dan apa yang terjadi pada salafush shalih sangat cukup, tidak perlu yang lainnya.
Selain itu, dijelaskan pula kepada mereka sangsi sosial akibat dari perilaku bullying. Baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau di masyarakat. Seorang yang mengganggu orang lain tidak akan disayang ayah bunda, adik kakak, bahkan teman-temannya akan menjauh darinya.
2. Menanamkan akhlak mulia dan kasih sayang
Penanaman akhlak mulia kepada anak di mulai sejak bayi. Bukan sejak diketahui anak melakukan bullying. Hanya saja poin itu adalah penekanan, bahwa ketika anak berperangai akhlak mulia, maka ia akan otomatis jauh dari perilaku buruk ini.
Demikian pula dengan sikap kasih sayang. Perlu dilatih dan dibiasakan pada anak. Berkasih sayang kepada adik kakak, orang tua, bahkan kepada binatang piaraan. Mengajak anak memberi makan kucing, menjelaskan kepada mereka bahwa kucing juga bisa sakit, sehingga tidak boleh diganggu dan disakiti. Tanamkan pada anak, bahwa siapa saja yang memiliki jiwa pengasih, maka Allah akan mengasihinya.
3. Hindari hukuman fisik kepada anak kecuali mendesak
Dalam mendidik anak memang sangat dibutuhkan kesabaran. Tarbiah yang dilandaskan kasih sayang, mengutamakan kelemahlembutan. Namun, hikmah dalam mendidik anak bukan berarti tanpa ada hukuman sama sekali dalam setiap pelanggaran. Ada kalanya dibutuhkan ketegasan dan sikap keras, bahkan hukuman fisik.
Di antara bentuk hikmah adalah memerhatikan dampak hukuman fisik pada anak. Jangan sampai menyebabkan anak justru bertambah berani dan melawan. Termasuk pembullyan ini kadang muncul akibat hukuman fisik. Anak merasa kecewa dan menaruh dendam namun tidak mampu membalasnya. Sehingga anak melampiaskan kepada orang lain. Kepada adiknya, teman bermain, atau siapa saja yang dia anggap lemah.
4. Jangan membully anak
Tanpa sadar, kadang orang tua telah membully anaknya. Mungkin maksudnya adalah bercanda, tapi ternyata kelewatan. Membuat anak malu di hadapan saudaranya misalnya. Hal semacam ini akan menyebabkan anak belajar dan meniru. Lalu ia akan melakukannya kepada orang lain.
5. Menanamkan jiwa pemaaf
Seringkali pembullyan terjadi karena balas dendam, atau pelampiasan kemarahan. Nah, pembullyan tidak akan terjadi jika anak mudah memaafkan. Tanamkan pengertian kepada mereka bahwa kejelekan tidak harus dibalas dengan kejelekan. Bahkan yang terbaik adalah memaafkan dan membalasnya dengan kebaikan.
6. Berikan perhatian kepada anak
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak akan mengakibatkan sekian dampak buruk. Di antaranya sikap anak yang ‘liar dan cenderung melawan. Banyak kejadian bullying karena ingin diperhatikan lingkungannya. Kakak mencubit adik karena cemburu dan ingin diperhatikan orang tuanya. Apabila dibiarkan, dikhawatirkan hal ini akan berkelanjutan. Bukan hanya di rumah, bahkan di lingkungan pergaulan yang lain seringkali bentuk bullying lebih parah. Maka, orang tua hendaknya memberikan perhatian dan empatinya kepada anak-anak. Apalagi saat mereka membutuhkannya, yaitu ketika mereka sedang mendapatkan tugas atau ada masalah.
7. Berdoa memohon anak saleh shalihah
Usaha besar yang tidak boleh dilewatkan oleh orang tua adalah selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak saleh dan shalihah. Bahkan para nabi pun mereka memintanya kepada Allah. Para nabi tidak bersandar kepada kemampuan mereka dalam mendidik anak, namun tetap berdoa. Hal ini mengajarkan kepada kita, bahwa selain menempuh sebab lahiriah berupa tarbiah dan semacamnya, doa tidak boleh dilupakan. Karena hanya Allah semata yang menguasai hati manusia, la semata yang maha mampu untuk menjadikan anak kita saleh dan shalihah.
#Buku parenting syar’i