Bab Yakin dan Tawakkal
Ustadz Fuad Mubarak, Lc.
Hadits ke empat.
.:عَنْ أَبِي هُرَيْرةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ: « يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Akan masuk surga orang-orang yang hati mereka seperti hati burung..”
[Shahih Muslim no. 2480]
Ada yang mengatakan, maksudnya adalah orang-orang yang bertawakal..Ada juga yang mengatakan, (maksudnya) mereka yang hatinya lembut. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa orang-orang yang bertawakkal adalah orang-orang yang takut kepada Allah dan bergantung hanya kepada Allah namun dengan itu mereka tetap berusaha tidak hanya sekedar pasrah namun mereka berusaha mencari sebab.
Faedah Hadits:
1. Tawakkal dan kelembutan hati salah satu faktor yang akan memasukkan seorang hamba ke dalam surga.
2. Kesempurnaan tawakkal dan hati yang lembut diumpamakan dengan seekor burung.
Hadits ke lima.
:عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ نَجْدٍ، فَلَمَّا قَفَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى َاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَفَلَ مَعَهُمْ، فَأَدْرَكَتْهُمُ الْقَائِلَةُ فِي وَادٍ كَثِيْرِ الْعِضَاهِ، فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم، وَتَفَرَّقَ النَّاسُ يَسْتَظِلُّونَ بِالشَّجَرِ، وَنَزَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ سَمُرَةٍ، فَعَلَّقَ بِهَا سَيْفَهُ، وَنِمْنَا نَوْمَةً، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُونَا، وَإِذَا عِنْدَهُ أَعْرَابِيُّ، فَقَالَ: « إنَّ هَذَا اخْتَرَطَ عَلَيَّ سَيْفِي وَأَنَا نَائِمٌ، فَاسْتَيْقَظْتُ وَهُوَ فِي يَدِهِ صَلْتاً، قَالَ: مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّيْ؟ قُلْتُ: اللُّهُ – ثَلاَثاً » وَلَمْ يُعاقِبْهُ وَجَلَسَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.وَفِي رِوَايَةٍ: قَالَ جابِرٌ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَاتِ الرِّقَاعِ، فَإذَا أَتَيْنَا عَلَى شَجَرَةٍ ظَلِيْلَةٍ تَرَكْنَاهَا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، وَسَيْفُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعَلَّقٌ بِالشَّجَرَةِ، فَاخْتَرَطَهُ، فَقَالَ: تَخَافُنِي؟ قَالَ: « لا » قَالَ: فَمَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ قَالَ: « اللَّه ».وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ الْإِسْمَاعِيْلِيِّ فِي صَحِيْحِهِ: قَالَ مَنْ يَمْنعُكَ مِنِّي؟ قَالَ: « اللَّهُ » قَالَ: فسَقَطَ السَّيْفُ مِنْ يَدِهِ، فَأَخَذَ رَسَولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّيْفَ فَقَالَ: « مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ » فَقَالَ: كُن خَيْرَ آخِذٍ، فَقَالَ: « تَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ ؟ » قَالَ: لاَ، وَلَكِنِّي أُعَاهِدُكَ أَنْ لاَ أَقَاتِلَكَ، وَلاَ أَكُونَ مَعَ قَوْمٍ يُقَاتَلُونَكَ، فَخَلَّى سَبِيْلهُ، فَأَتَى أَصْحَابَهُ فقَالَ: جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِ خَيْرِ النَّاسِ.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju ke arah Najed. ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali, Jabir pun ikut kembali.
Ketika tiba di suatu lembah yang banyak pohon berduri, yaitu bertetapan dengan waktu qa’ilah (tidur siang sejenak). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti sedang orang-orang berpencar untuk berlindung di bawah pohon.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam singgah di bawah pohon samurah, lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggantungkan pedangnya pada pohon tersebut, dan kami pun tertidur. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil kami sedangkan di dekat Rasulullah ada seorang badui.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang badui ini telah menghunus pedangku ketika aku sedang tidur, ketika aku bangun pedang itu sudah terhunus di tangannya”, Kemudian orang badui itu berkata: “Siapakah yang dapat mencegah (menolong)mu dari seranganku..?” Kemudian Aku menjawab: Allah (sebanyak tiga kali)” Maka kemudian Beliau tidak menghukum orang tadi (membiarkannya) dan duduk.
[Shahih Al-Bukhari no. 2910. Muslim no. 843]
Dalam riwayat lain, dari Jabir ia berkata, Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di perang Dzatu Ar-Riqa. Ketika kami menemui pohon sebagai tempat berteduh, kami sediakan pohon itu untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beristirahat.
Kemudian datanglah seorang laki-laki musyrik sementara pedang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tergantung di pohon, kemudian orang itu mengambilnya dan berkata, “Tidakkah kamu takut kepadaku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak” Kemudian orang itu kembali berkata, “Siapa yang dapat mencegah (menolong)mu dari seranganku?” Rasulullah menjawab, “Allah”.
Dalam riwayat Abu Bakar Al-Ismaili di dalam kitab Shahihnya disebutkan, orang itu berkata, “Siapa yang dapat mencegah (menolong)mu dari seranganku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Allah” Perawi berkata, Maka terjatuhlah pedang itu dari tangannya.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil pedang itu dan berkata: “Siapakah yang dapat mencegah (menolong)mu dari seranganku?” Orang itu menjawab, “Jadilah kamu sebaik-baiknya orang yang mengambil pedang” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah?” Orang itu berkata, “Tidak, tetapi aku berjanji kepadamu untuk tidak memerangimu dan tidak bersama kaum yang memerangimu” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melepaskannya (membiarkannya pergi).
Kemudian dia mendatangi sahabat-sahabatnya dan berkata, “Aku datang kepada kalian setelah bertemu dengan manusia yang terbaik” Ucapan Jabir (قَفَلَ), maksudnya: pulang.. (الْعِضَاهُ): pohon yang berduri. السَّمُرَةُ, dengan memfatahkan “sīn” serta mendamahkan “mīm”, yaitu pohon berduri yang besar.. اِخْتَرَطَ السَّيْفَ: menghunus pedang. Sementara pedang itu ada di tangannya (صَلْتاً), yaitu terhunus.
Faedah Hadits:
1. Tentang keberanian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketengan Beliau dalam menghadapi berbagai macam kondisi.
2. Besarnya tawakkal Rasulullah shallallahu ‘alaihi waaallam kepada Allah subhanahu wata’ala.
3. Pengaruh tawakkal itu terbukti pada keberhasilan saat dapat keluar dari kesulitan.
4. Sabarnya Nabi dalam menghadapi persoalan, karena kesabaran itu baik bagi seorang muslim.
5. Sifat pemaaf Nabi, dan ini merupakan kemuliaan akhlak Beliau.
6. Keutamaan para shahabat yang bersegera dalam memenuhi panggilan Rasulullah.
7. Pemimpin itu harus turun bersama pasukan untuk memberikan komando dalam peperangan.
8. Kesederhanaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi waaallam dalam kehidupan Beliau.
والله أعلم بالصواب Semoga bisa diambil manfaatnya.
بارك الله فيكم