Membangun Kedekatan Dengan Anak

Selain lemah secara lahiriah, kejiwaan anak-anak pun sama lemahnya, hingga perlu diperhatikan. Sayangnya sebagian orang tua lebih fokus ada perkembangan fisik anak. Kontrol berat badan, imunisasi lengkap, dan pantauan tumbuh kembang tubuh anak yang sangat ketat. Demikian pula tentang penampilan, model pakaian, kebersihan serta kesehatan badan, dan semacamnya.

Hal tersebut bukan tidak perlu bahkan perkara penting. Namun, maksudnya adalah tuntutan sikap orang tua yang ideal. Bagaimana ayah bunda bisa proposional dalam memberikan perhatian antara lahiriah dan batiniah anak . Apalagi, perkembangan mental anak adalah perkara yang harus diutamakan. Hal ini akan lebih mudah terwujud jika ada kedekatan antara orang tua dan anak.

Kedekatan anak dengan orang tua adalah salah satu hal penting yang harus diusahakan sejak bayi. Faktanya, seiring tambah usia anak, sebagian orang tua justru semakin jauh dari anak. Anak mulai canggung bersama orang tua, orang tua pun cenderung diam. Tanpa segera diatasi, masalah ini akan berkembang menjadi problem keluarga yang kompleks.

Selain berdampak kurang hangat dan harmonisnya keluarga, tanpa ada kedekatan antara orang tua dan anak, juga mengakibatkan anak kehilangan figur teladan. Akibatnya, anak akan mencari sosok itu di luar rumah. Sehingga sangat rawan salah dalam memilih tokoh panutan. Orang tua akhirnya tidak lagi didengar dan dihargai.

Tidak sampai di situ, bahkan emosional anak pun akan terganggu. la akan sulit hidup dalam lingkungan sosialnya. Ketika menghadapi masalah, ia tidak akan menemukan pihak yang menjadi tempat mengadu. la pun tumbuh dalam jiwa pesimis.

Menilik tarbiah dari sang maksum, kita akan melihat bukti bahwa membangun kedekatan dengan anak merupakan bagian dari perhatian. Anas bin Malik, menuturkan, “Adalah Rasulullah sosok yang bergaul dengan kami (bukan seorang yang menutup diri, walaupun kepada anak-anak, red). Bahkan pernah beliau bercanda kepada saudaraku yang masih kecil (yang artinya). “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan burung kecil (plaraanmu)?” (H.R. Al Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini terkandung sekian banyak faedah. Secara khusus dalam bab membangun kedekatan dengan anak, di antaranya:

  1. Meluangkan waktu bersama anak

Sesibuk apapun, seharusnya orang tua meluangkan waktu bersama anak. Waktu tersebut memang disediakan secara khusus untuk anak. Berinteraksi dengan erat bersama anak. Berkomunikasi dan kontak fisik dengan mereka; bergaul, bercanda, dan tertawa.

Tidak boleh beralasan padatnya kegiatan, apalagi sekadar urusan pekerjaan duniawi. Bahkan, aktivitas ibadah pun tidak boleh mengambil seluruh waktu, 24 jam sehari, tujuh hari sepekan. Harus ada waktu untuk anak. Apalagi waktu bersama mereka pun bukan sia-sia, namun dinilai ibadah. Karena hal itu termasuk menunaikan hak anak.

Dalam jatah waktu itu benar-benar dimanfaatkan bersama anak, lahir dan batin. Bukan sambil kerja, atau bahkan tetap sibuk dengan ponselnya. Singkirkan ponsel tersebut, kalau perlu dimatikan dahulu. Rasulullah saja memberikan waktu untuk bergaul dengan anak-anak. Walaupun harta, tenaga, dan pikiran, demikian pula waktu dan umur beliau untuk Islam, nyatanya beliau tetap membagi waktu untuk anak-anak.

Padahal beliau mengemban amanah yang sangat besar, bahkan amanah terbesar yang pernah dipikul oleh manusia.

Beliau harus berdakwah, mengajar dan membimbing manusia. Beliau pun mendengar, dan menengahi perselisihan manusia untuk diselesaikan. Di sela-sela tugas utama menjadi pemimpin anak manusia. Sehingga bukan alasan, seorang ayah ataupun ibu tidak pernah meluangkan waktu untuk anak mereka karena sibuk kerja.

  1. Menyapa dan bercanda

“Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan burung kecil (piorgonmu)?” Sapaan yang hangat, candaan yang akrab. Padahal beliau adalah beliau, seorang Nabi yang mulia. Bahkan makhluk yang paling mulia. Sikap seperti ini akan sangat berkesan pada diri anak. Anak pun akan senang, merasa dekat serta mendapatkan kenyamanan dan keamanan.

Dalam momen seperti itu, orang tua juga diharapkan bisa semakin mengenal emosional anak. Karena karakter dan kejiwaan seorang anak mestinya dipahami oleh orang tua. Sehingga orang tua bisa menanamkan kedekatan dengan cara dan pada waktu yang tepat.

Pembaca, dua poin ini sekadar contoh saja. Di sana masih banyak kiat untuk membangun kedekatan dengan anak. Yang semuanya kembali kepada sikap berempati kepada anak. Yaitu orang tua memberikan perhatian, dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Mendengar pendapat dan keluhan anak, menanggapi aduan mereka dengan baik. Memberikan permintaan mereka jika memang suatu hal yang manfaat, sekaligus aman dari mudarat, dan dalam batas kemampuan orang tua tentunya. Semua ini akan semakin mengeratkan kedekatan dengan anak. Allahu A’lam.

#Buku Parenting Syar’i

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *