Mengatasi Tantrum Pada Anak

Mengasuh si kecil bukan tugas yang ringan. Apalagi, selisih usia dengan kakak-kakaknya relatif pendek. Tawa riang canda mereka pun sering seketika berubah jeritan tangis. Rupanya asiknya permainan berubah menjadi pertengkaran. Kegiatan rumah yang sedang dijalani terpaksa tertunda demi menenangkan si kecil. Bagaimana sekiranya jika sang ayah sedang belepotan oli, atau gorengan bunda hampir gosong? Ya, memang sangat dibutuhkan kesabaran besar dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

Belum lagi bila si kecil meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang, melempar barang, hingga berguling-guling di lantai. Kondisi ini pasti membuat orang tua panik dan bingung. Tenang! Karena kondisi tantrum seperti ini adalah keadaan normal dan merupakan bagian dari proses perkembangan anak.

Tantrum biasanya dialami oleh anak usia 1-4 tahun. Walaupun tidak hanya pada anak-anak, orang dewasa pun bisa mengalami tantrum. Ketika si kecil mengalami tantrum, orangtua, terutama Bunda sebaiknya jangan panik dan ikut terbawa emosi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantrum pada anak.

PENYEBAB TANTRUM PADA ANAK

Tantrum umumnya disebabkan oleh terbatasnya kemampuan bahasa anak untuk mengekspresikan perasaannya. Sehingga mereka hanya bisa meluapkan emosinya dengan cara meronta, berteriak, menangis, menjerit, serta menghentakkan kedua kaki dan tangannya ke lantai. Biasanya hal ini terjadi saat anak merasa lapar, lelah, mengantuk, atau tidak nyaman. Pada kasus tertentu, tantrum pada anak mungkin bisa disebabkan oleh gangguan perilaku atau masalah psikologis, seperti autisme. Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku dan interaksi sosial.

CARA MENGATASI TANTRUM PADA ANAK

Tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena bisa menjadi kebiasaan yang buruk. Bahkan tantrum akan memengaruhi perkembangan si kecil di kemudian hari Orang tua bisa mencoba menghentikan tantrum pada anal dengan melakukan beberapa cara berikut:

  1. Tetap tenang

Saat anak tantrum, orang tua harus tetap tenang. Jangan tergesa-gesa, karena sifat tergesa-gesa dari setan. Hadap dengan lemah lembut, karena kelemahlembutah akan menjadikan segalanya indah. Langkah awal, orang tua bisa menggendong si kecil, memeluknya, dan meruqyahnya. Bisa meruqyah dengan dibacakan doa atau surat Al Fatihah, atau ayat lainnya. Ucapkan kata-kata yang bagus! Seperti, “Salehi Shalihah!” Lebih baik lagi doa-doa, seperti, “Baarakallahufikum atau yang lainnya.

Ingat! Orang tua tidak boleh membentak atau memaksa anak menghentikan amukannya. Sikap yang tenang akan membuat tantrum si kecil lebih mudah untuk diatasi. Orang tua juga bisa mengajak si kecil ke tempat yang lebih sepi dan tenang untuk meredakan emosinya.

  1. Cari tahu penyebab tantrum

Beragam hal bisa menjadi penyebab tantrum pada anak. Seperti keinginan yang tidak terpenuhi, lapar, atau mengantuk, yang anak sulit mengungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, salah satu cara untuk mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara langsung “Adik lapar?” atau “Shalihah masih ngantuk?” Anak mungkin akan mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak diketahui, maka akan lebih mudah mengatasinya.

  1. Alihkan perhatian si kecil

Anak kecil sangat mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Orang tua bisa memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan perhatiannya saat tantrum. Misalnya, Bunits bisa memberikan mainan yang sudah lama ditinggalkan atau memberikan camilan kesukaannya saat anak berteriak. marah, atau terlihat rewel. Sebagaimana kisah para shahabat saat mengajarkan puasa, mereka mengalihkan anak mereka dengan mainan ketika minta makan.

Perkara yang harus diingat orang tua dalam mengatasi tantrum adalah tidak boleh marah dan bersikap kasar. Jadi, jangan memukul atau mencubitnya. Karena, hal ini justru dapat membuat si anak jadi suka memukul untuk menyampaikan keinginannya. Namun, orang tua bisa memeluk atau mencium si kecil untuk menenangkan emosinya. Selain menenangkan, pelukan dan ciuman juga bisa menjadi cara untuk menunjukkan bahwa orang tua benar-benar peduli dan mencintai mereka.

Di sisi lain, sebenarnya tantrum juga bisa menjadi kesempatan bagi orang tua untuk melakukan observasi dan mengetahui cara anak mendapatkan keinginanannya. Misalnya, saat anak mengamuk untuk mendapatkan sesuatu, lalu Bunda menuruti keinginannya, maka sangat dimungkinkan si anak akan mengulangi cara tersebut di kemudian hari. Jika terus dibiarkan, hal tersebut bisa menjadi kebiasaan buruk bagi si kecil,

Kunci dari semua itu adalah kesabaran orang tua. Sambil tidak bosan berdoa, orang tua sering-sering mengingat keutasekian memiliki anak yang shaleh dan shalehah. Bayangkan jika sekian banyak anak mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk orang tual besar. Semoga Allah mengaruniakan kesabaran dan anak saleh shalihah kepada kita semua. Amin. Allahu Alam.

#Buku Parenting Syar’i

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *