Ketika Anak kita dibully

Saling membully sering terjadi pada usia anak-anak. Orang tua bisa memaklumi dari sisi pola pikir anak yang masih sederhana, ditambah lagi sifat ego yang masih tinggi.

Namun, pemakluman ini tentu bukan berarti pembullyan adalah hal wajar untuk dibiarkan. Pembullyan bukan pula perkara remeh untuk diabaikan.Orang tua harus serius menanggapi dan segera mengatasinya.

Baik anaknya sebagai pelaku maupun korban. Karena, korban bully pun bisa jadi akan meniru dan membalasnya. Bahkan bila terbiasa, semakin besar usia anak akan semakin sulit mengatasinya. Apalagi secara tinjauan hukum syari, pembullyan adalah haram. Sementara perkara haram sedikitpun tidak boleh ditoleransi.

Sedih ketika anak menjadi korban bully, tentu dirasakan oleh orang tua. Sebagian mungkin juga kesal dan marah. Namun hal ini tentu tidak menyelesaikan masalah. Lalu, sikap apa yang harus dilakukan orang tua bila anaknya kena bully?

Semoga beberapa kiat ini bisa membantu mengatasi:

1. Tenang tidak panik

Ayah bunda tetap tenang, pikiran jernih, hadapi dengan kepala dingin, jangan terbawa emosi. Ketika ayah bunda tenang, anak akan ikut tenang. Tangis pun akan mereda. Sebaliknya, seandainya ayah bunda ikut terbawa keadaan, tangis anak akan semakin menjadi. Masalah pun akan semakin ruwet dan sulit diatasi. Apalagi apabila orang tua justru marah, maka jalan pikiran akan buntu. Akibatnya masalah menjadi bertambah besar.

2. Tanyai anak setelah reda

Setelah anak cukup tenang, ayah bunda bisa menanyai anak tentang peristiwa sebenarnya. Karena belum tentu anak kita dalam posisi benar. Nyatanya berapa banyak anak pelaku bullying yang justru menangis duluan. Dengan mengetahui akar masalah, penanganan akan tepat terarah. Di sisi lain, anak akan merasa lebih tenang, karena merasa ada yang membelanya.

3. Tanya penyebabnya

Mengetahui penyebab bullying adalah perkara yang penting. Karena mengatasi masalah berdasarkan hakikat permasalahannya akan lebih tuntas. Baik penyebab dari sisi pelaku maupun korban. Karena memang kadang kasus bullying terjadi justru dipicu dari pihak korban. Sikap korban yang membikin gemas, memancing pembullyan, misalnya. Intinya, penyebab inti harus benar-benar digali, dari dua pihak bila memungkinkan.

4. Orang tua tidak boleh terlibat dalam konflik

Maksud poin ini adalah orang tua tidak boleh ikut terlibat dalam konflik anak, kecuali sebatas meredam dan mendamaikan dua pihak. Tidak boleh permasalahan anak mengakibatkan permusuhan antar orang tuanya. Jangan sampai pembullyan yang masih sebatas wajar terjadi sesama anak, berubah saling hajr (sikap boikot) antar orang tua. Wajar dalam hal ini maksudnya untuk memaklumkan bahwa karena belum tumbuhnya kedewasaan pada anak, di sisi lain ego yang masih tinggi mengakibatkan terjadi saling bully antar mereka.

5. Memaafkan dan mengajarkan kepada anak untuk memaafkan

Inilah poin yang paling penting. Walaupun menanamkan jiwa pemaaf mulai sedini mungkin, namun saat kena bully itulah kesempatan mengingatkan kembali kepada anak. Saatnya mengamalkan ilmu, yaitu memberikan maaf kepada pihak lain. Tanamkan pula pada anak untuk berusaha mencari udzur bagi pelaku bullying, dan berprasangka baik kepadanya. Saat itu pulalah anak sekaligus akan belajar mengontrol emosi, bernegosiasi, dan tuntutan hidup dalam lingkungan sosial untuk bisa menempatkan diri.

6. Mengarahkan pergaulan anak

Teman bergaul sangat besar pengaruhnya terhadap karakter anak. Oleh sebab itulah Allah memerintahkan nabi-Nya untuk mencari lingkungan yang baik. Allah berfirman yang artinya, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang- orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” [Q.S. Al Kahfi:28].

Rasulullah adalah manusia yang paling cerdas, luas pandangannya, bahkan dibimbing oleh wahyu. Namun, meskipun demikian, Allah masih memerintahkan beliau untuk mencari komunitas yang baik. Yaitu komunitas yang saleh dan mendukung kesalehan. Bahkan beliau sendiri telah bersabda:الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْيُخَالِلُ

“Seorang itu sesuai agama temannya. Maka lihatlah dengan siapa engkau berteman.” [H.R. Abu Dawud dan selainnya,dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah].

7. Mendampingi atau memantau tumbuh kembang mereka

Di antara bentuk empati kepada anak adalah selalu memerhatikan tumbuh kembang anak. Mengamati orang- orang yang berada di sekitar lingkungan anak, sesuai pertumbuhan usia mereka. Terlebih lagi saat mereka mendapatkan masalah. Hal ini akan sangat membantu menyelesaikan saat anak menjadi korban bullying. Karena ia memahami karakter dan pergaulan anak.Beberapa poin ini sifatnya adalah alternatif usulan. Barangkali ayah bunda telah memiliki cara jitu untuk menyelesaikan masalah bullying anak.

Semoga yang sedikit ini bisa memberikan andil, meskipun tidak seberapa. Amin.

#buku parenting syar’i

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *