Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan akan pentingnya menuntut ilmu. Banyak orang tua yang mempelajari ilmu terkait aqidah, ilmu tauhid, ilmu shalat. Tapi melalaikan ilmu terkait pendidikan anak. Seolah olah ilmu terkait pendidikan anak ini bukan urusan orang tua, ini hanya urusan sekolah, mahad ataupun pondok sehingga kurang perhatian. Padahal memperlajari ilmu pendidikan tentang anak hukumnya fardu ain bagi yang memiliki anak.
Menjadikan anak cinta Al Qur’an memang mudah diucapkan, tapi sulit sekali di praktikkan. Mungkin banyak diantara anak-anak kita yang hafal 5 Juz, 10 juz, bahkan sudah menghafal 30 juz Al Qur’an. Pertanyaannya, apakah mereka cinta Al Qur’an?. Anak yang hafal Al-Qur’an belum tentu ia cinta kepada Al Qur’an. Apakah keseharian anak kita sudah termasuk cinta dengan Al Qur’an?. Apakah sudah memiliki adab terhadap Al Qur’an?.
Dalam Sebuah Kisah Surat Al Ikhlas
“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengutus seorang laki-laki untuk memimpin pasukan perang. Lelaki ini ketika mengimami shalat selalu mengakhiri dengan bacaan Qul huwallahu ahad (surat Al-Ikhlas). Ketika mereka kembali dari perang, para pasukan tersebut mengabarkannya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Beliau pun bersabda: “Tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan demikian?” Maka mereka menanyakannya dan lelaki tersebut menjawab: “Karena surat Al-Ikhlas berisi tentang sifat Ar Rahman, sehingga saya cinta membacanya”. Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: أخْبِرُوهُ أنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ “Kabarkan kepadanya bahwa Allah Ta’ala juga mencintainya” (HR. Al-Bukhari).
Dalam kisah di atas, sahabat ini membaca surat yang pendek yakni surat Al Ikhlas, Tapi beliau cinta terhadap AL Qur’an, dan mendapatkan cinta Allah. yang di khawatirkan, ketika kita memiliki hafalan banyak tapi kita termasuk orang yang lalai terhadap Al Qur’an, seperti yang disebutkan dalam surat al Furqon ayat 27-31.
TUJUAN MEMPELAJARI AL QUR’AN
Al Qur’an itu dahsyat, Allah Ta’ala berfirman:
لَوۡ أَنزَلۡنَا هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلࣲ لَّرَأَیۡتَهُۥ خَـٰشِعࣰا مُّتَصَدِّعࣰا مِّنۡ خَشۡیَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَـٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ یَتَفَكَّرُونَ
”Sekiranya Kami turunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr: 21)
Bahkan pemimpin kafilah bani Daus, ketika mendengarkan surat Al Ikhlas mereka masuk islam, tapi apakah al qur’an itu sudah masuk ke dalam hati kita, sudahkan kita cinta kepada Al Qur’an.
Hakikat cinta Al Qur’an itu cinta kepada Allah, karena Al Qur’an adalah Kalamullah
Tujuan anak kita mempelajari Al Qur’an bukan hanya sekedar untuk menghafal, untuk mendapatkan dunia dari menghafal Al Qur’an tersebut.
Jundub bin Abdillaah berkata,
فَتَعَلَّمْنَا الإِيْمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ, ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا
“Kami belajar iman sebelum belajar Al Qur’an kemudian belajar Al Qur’an sehingga bertambah dengannya iman. (Syu’abil Iman 1/76)
Jadi tujuan kita mengajarkan anak belajar Al Qur’an adalah supaya anak kita bertambah Imanya.
jika tujuan kita dalam mengajarkan anak belajar Al Qur’an bukan untuk bertambahnya Iman, maka kita khawatir sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiallahuanha berikut,
Sesungguhnya yang pertama kali turun darinya ialah satu surat dari al-Mufashshal (surat-surat pendek) yang berisi penjelasan tentang surga dan neraka; sehingga apabila manusia telah mantap dalam Islam, maka turunlah (ayat-ayat tentang) halal dan haram. Seandainya yang pertama kali turun (kepada mereka) adalah “jangan minum khamr (minuman keras),” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan khamr selama-lamanya”. Seandainya yang pertama turun adalah “jangan berzina,” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan zina selama-lamanya”. (HR Bukhori: 4993)
AGAR ANAK CINTA AL QUR’AN
1. Berdoa
Urusan cinta itu urusan hati, maka mintalah kepada Allah yang memiliki hati-hati manusia.
إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ، يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
Sesungguhnya hati (para hamba) itu berada diantara dua jari dari jari-jemari Allah, Dia membolak-balikkannya sesuai dengan yang Dia kehendaki!
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri] (QS. Al Ahqof: 15)
2. Membuat kurikulum
Sebagai orang tua kita harus membuat program terkait kegiatan dalam Orangtua senantiasa menunjukan cinta terhadap Al Qur’an, dengan membaca Al Qur’an setiap hari. Walaupun bacaan kita belum baik, tapi dengan membiasakan membaca akan menimbulkan cinta, dan anak kita akan mengikuti kita dalam membaca Al Qur’an setiap hari dengan harapan cinta kepada Al Qur’an.
Syeikh Ibrahim Ar Ruhaily pernah berkata:
Keberkahan hari itu diawali dengan membaca Al Qur’an dan diakhiri dengan membaca Al Qur’an.
3. Mencarikan Pendidik Yang Baik
Hal penting lain adalah memilih guru dalam mendidik Al Qur’an. Para sahabat menjadi umat terbaik karena memiliki guru yang baik yaitu Rasulullaah. pengaruh sosok dari pendidik itu sangat besar. jika pendidik mengajarkan dengan hati akan sampai ke hati yang di ajarkan. istilah IPA nya resonansi, bergetarnya suatu benda karena benda lain yang bergetar. Perhatikan pendidik yang memiliki akhlak yang baik, ilmunya dalam dan menyampaikanya dengan hati.
4. Cara Pembelajaran Al Qur’an
Nabi berkata, “Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya” (HR. Abu Dawud). Al Quran pun demikian, jika diajarkan dengan keras maka akan rusak. Bukan Al Qur’an nya yang rusak, tapi orang yang belajarnya yang rusak (tidak cinta Al Qur’an). maka hendaknya kita mengajarkan Al Qur’an dengan Akhlak Qur’an bukan dengan akhlak preman. Mengajarkan dengan lembut bukan berati tidak boleh keras, karena kita manusia, tapi jika belajar Al Qur’an selalu dengan keras maka kita mengajarkan kalau Al Qur’an itu keras.
5. Hidden Curriculum
Menjadikan anak cinta Qur’an itu bukan hanya mentargetkan hafalannya, bacaanya sesuai hukum tajwid. Tapi ada yang lebih penting yaitu hidden curriculum, Apa yang anak-anak lihat, apa yang mereka jadikan pengalaman kegiatan yang dirasakan oleh anak. sebagai orang tua kita berusaha bekerjasama dengan pihak sekolah dalam membagun lingkungan yang baik untuk anak belajar Al Qur’an.