Disusun oleh : Abu Idris Syahel, Bogor, Kamis 17/9/2014.
Segala puji bagi Allah tabaaraka wa a’ala yang telah memberikan nikmat-Nya berupa nikmat iman, islam dan hidayah baik itu hidayah al-bayan maupun hidayah at-taufik dan yang telah mempertemukan kita di atas agama yang haq, dan juga yang telah mempertemukan kita di dalam islam, dan kita berharap kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, idola kita semua, penutup para Nabi, dan tidak ada Rasul setelahnya, dan juga para sahabatnya, keluarganya dan pengikunya yang istiqamah sampai hari kiamat kelak.
Pembaca budiman yang saya cintai karena Allah.
Manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam rangka hanya untuk beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
Dalil ini menunjukan bahwa Allah ‘azza wa jalla menciptakan manusia dan jin untuk taat beribadah kepada Allah semata, dan Allah tidak membutuhkan ibadah tersebut, karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkan apapun dari hamba-Nya dan ibadah tersebut harus didasari dengan mentauhidkan Allah tabaaraka wa ta’ala.
Dan apakah tauhid itu?
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah tabaaroka wa ta’ala didalam rububuiyah-Nya, ikhlas beribadah kepada-Nya serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan juga sifat-sifat-Nya. Dengan demikian jika dijelaskan tauhid itu ada 3 macam :
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Asma wa Sifat
Apa yang dimaksud tauhid Rububiyah?
Yaitu mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala perbuatannya, dengan meyakini bahwa Dia yang mencipatakan segala makhluk, Allah berfirman :
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah yang menciptakan segala sesuatu’’ [QS.Az-zummar :62]
Bahwasanya Allah ‘azza wa jalla adalah yang pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk yang lainnya, Allah ‘azza wa jalla berfirman :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
‘’Dan tidaklah ada binatang melata di dunia melainkan Allah yang memberi rizkinya.’’ [QS. Hud:6]
Ini adalah bukti bahwa Allahlah yang telah memberi makan binatang dan meberi rizki kepada manusia baik itu harta, makanan, pakaian dll, serta Allahlah yang memberikan segala sesuatu kepada seluruh makhluk.
Dan juga bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala adalah penguasa alam semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan dan Maha penguasa atas segala sesuatu.
Allah subhanahu wa ta’ala meniadakan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia meniadakan sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah berfirman :
هَٰذَا خَلْقُ اللهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
‘’Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah kepadaku, apa yang telah diciptakan oleh sesembahanmu selain Allah’’. [QS. Luqman : 11]
Dan Allah juga telah menetapkan tentang keesaan-Nya dalam rububiyah-Nya, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِين
‘’Segala puji bagi Allah, tuhan semesta Alam.’’ [QS. Al-Fatihah: 2]
Dari sini kita mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla adalah tuhan seluruh makhluk tiada ilah yang berhak disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala dan Allahlah yang mengatur alam semesta tanpa bantuan apapun.
Dan yang ke-2 apakah tauhid uluhiyah itu ?
Yaitu mengesakan Allah ‘azza wa jalla dalam beribadah kepada-Nya, dan jenis tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul yang pertama hingga akhir. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
‘’Dan sungguh kami utus kepada setiap umat rasul untuk mengajak agar menjauhi (dengan sebenar-benarnya) thogut.’’ [QS. An-nahl: 36]
Dan juga setiap Rasul selalu berdakwah dengan perintah Tauhid Uluhiyah, sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan lain-lain :
َ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
‘’Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.’’ [QS. Al-‘araf: 59, 65, 73, 85]
Pembaca budiman…
Jadi jelaslah tauhid Uluhiyah ini adalah yang didakwahkan kepada manusia oleh para rasul. Dan para Rasul melarang manusia untuk berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla dalam beribadah kepada-Nya, karena kesyirikan adalah hal yang besar dan kezholiman yang besar sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
‘’Sesungguhnya syirik itu kezholiman yang sangat besar.’’ [QS. Luqman: 13]
Dan kesyirikan adalah hal yang dapat membinasakan pelakunya kedalam neraka jahanam, na’udzu billah min dzalik.
Tauhid uluhiyah ini disebut juga tauhid ibadah.
Dan ketahuilah kaum muslimin para ulama juga menyebutkan syarat diterimanya ibadah ada 2 yaitu:
- Ikhlas karena Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
‘’..Maka barang siapa yang berharap pertemuan dengan Allah maka beramal shalihlah dan jangan menyekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya dengan suatu apapun.’’ [QS. Al-kahfi: 110]
- Mutaba’ah (mengikiuti) Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
‘’Barang siapa yang beramal tidak ada perintah atau dasarnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.’’
Inilah syarat diterimanya ibadah dan keduanya ini harus dibarengi tidak boleh dipisahkan, jika seorang itu beribadah dan hanya ikhlas kepada Allah tanpa dengan mutaba’ah maka ibadah itu tertolak, begitupun sebaliknya. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan 2 syarat ini dengan baik dan menanamkan 2 syarat ini di hati kita.
Dan yang ke-3 Tauhid Asma wa sifat apakah itu ?
Yaitu beriman kepada nama-nama Allah ta’ala dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang dijelaskan didalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alahi wasalam menurut apa yang pantas bagi-Nya, tanpa Ta’wil (memalingkan maknanya), Ta’thil (menolaknya), Takyif (menentukan karakteristiknya) dan Tamsil (menyamakan dengan makhluk).
Berdasarkan firman Allah ‘azza wa jalla:
‘’Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah.’’ [QS. Asyura: 11]
Dari sini Allah ta’ala meniadakan sesuatu yang menyerupai-Nya, karena tidak ada seorangpun yang dapat menyerupainya contohnya Allah maha mengetahui yang ghaib dan tidak ada satu orang pun yang mengetahui yang ghaib kecuali hanya Allah, sebagaimana Allah ‘azza wa jalla berfirman :
‘’Dan tidaklah kalian mengetahui sesuatupun dari ilmu Allah.’’ [QS. Al-Baqarah: 225]
Allah ‘azza wa jalla yang mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, baik itu yang tersembunyi di tempat yang paling sangat kecil sekalipun, Allah mengetahuinya. Dan sungguh apabila ada orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib atau hal yang tidak bisa dijangkau oleh manusia maka sungguh ia telah tersesat dan melakukan kekufuran, maka untuk itu kita harus berhati-hati agar kita tidak percaya kepada orang yang mengaku dirinya mengetahui hal yang ghaib.
Inilah macam-macam dari tauhid dan tauhid begitu penting bagi kehidupan kita agar segala macam ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala, dan juga dengan tauhid akan mengantarkan seorang hamba kepada kebaikan dan mengantarkannya kepada Surga Allah tabaaraka wa ta’ala.
Sumber :
1. Al-qur’an dan As-sunnah
2. Diterjemahkan dari Muqorror Kitabut Tauhid Syaikh Sholih Fauzan Hafidzhahulloh jilid 1-3.
MasyaAllah
Barakallhu fik